Senin, 26 Desember 2016

MAKALAH PENELITIAN MASJID DA'AR EL-TUQO BAYONGBONG PONTANG KABUPATEN SERANG



BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Banten merupakan daerah yang terletak di ujung barat pulau jawa. Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten juga merupakan pulau yang dimana memiliki sejarah yang panjang, terutama mengenai bagaimana masuknya Islam di Banten. Dengan kedatangan Sunan Gunung Jati dan dengan mengirimkan putranya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin ke Banten, membawa perubahan besar dalam kancah keagamaan. Dari yang dulunya beralirkan Animisme dan Dinamisme, Hindu dan Buddha, kini sudah berganti menjadi Islam sepenuhnya. Hal itu juga karena didukung dengan dirikan banyaknya masjid didaerah-daerah tertentu yang terjangkau dengan Islam. Tak luput dari daerah besar atau pun kecil, masjid sudah berdiri dimana-mana di daerah Banten ini, ada yang memiliki sejarah panjang dan ada juga yang memiliki sejarah pendek.
Salah satunya di daerah Pontang, sudah banyak masjid yang dimana juga menyisahkan sejarah paling penting didalamnya. Seperti di daerah Pontang tepatnya di kampung Bayongbong Ds. Linduk RT/RW 17/03, disana berdiri masjid yang bernama masjid Da’ar El-Tuqo, yang menurut informasi yang didapat sudah ada sejak jaman pemerintahan Belanda di Indonesia. Masjid Da’ar El-Tuqo yang dulunya bernama masjid Jami At-Taqwa telah mengalami perbaikan selama dua kali dan yang ketiga kalinya inilah pada tahun 2016 masjid Darul Tuqo sudah resmi digunakan walaupun pembangunannya belum rampung, dan masjid Da’ar El-Tuqo bukanlah bangunan yang berdasarkan pada sejarah panjang yang melibatkan banyak alim ulama atau peristiwa tertentu, melainkan hanya karena sebuah inisiatif tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Lokasi Dan Sejarah Singkat Masjid
1.      Lokasi Masjid Da’ar El-Tuqo
Masjid yang bernama Da’ar El-Tuqo ini terletak di Jalan Ciptayasa, Km. 13 Pontang-Serang kode pos 42192, tepatnya di Kp. Bayongbong, RT/RW 17/03 Ds. Linduk, Kec. Pontang, Kab. Serang, Prov. Banten. Berdiri tepat ditengah-tengah bangunan rumah warga, dan tepat di antara tiga tikungan yang menuju Idul (Selatan) Elor (Utara) dan jika lurus dari jalan utama maka akan menuju Etan (Barat). Masjid ini terletak cukup strategis karena menjangkau semua sisi baik untuk warga Idul, Elor, Etan tapi untuk warga Ulon jarak yang ditempuh cukup jauh karena harus berjalan melalui jalan utama kampung.
2.      Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Da’ar El-Tuqo
Awal berdirinya masjid ini masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat pada jamannya dahulu, antara masayarakat Sabrang Ulon dan Sabrang Etan. Tanah masjid sebenarnya adalah wakaf dari salah seorang saudagar pada jamannya dahulu, beliau bernama Ki Rinjan, yang juga bertepat tinggal di Bayongbong, asal mula dari riwayat Ki Rinjan tidak diketahui baik saya, maupun narasumber, beliau mempunyai inisiatif tersendiri untuk membangun masjid ini yang bernama masjid Jami At-Taqwa, itu pada awalnya, tapi sekarang berubah nama menjadi Da’ar El-Tuqo. Menurut cerita atau sumber yang saya dapat dengan mewawancarai beberapa narasumber, seperti bapak Seh Syarif dan Ibu Sari, mereka mengatakan bahwa Ki Rinjan mewakafkan tanah di Sabrang Etan untuk didirikan masjid, dan warga Bayongbong setuju dengan usul tersebut, akan tetapi golongan Sabrang Ulon menginginkan pendirian masjid didaerahnya, dengan dalih karena banyaknya orang-orang kaya bertempat tinggal didaerah itu, jadi sudah seharusnya ada di Sabrang Ulon.
Namun, pihak dari Sabrang Etan, ternyata memberikan tanggung jawab sepenuhnya pada Sabrang Ulon dan mereka harus sanggup untuk mengurusnya, dan Sabrang Etan tidak akan ikut campur dalam kepengurusan, karena tanah disana bukanlah tanah wakaf. Namun, dari pihak Sabrang Ulon sendiri pun ternyata tidak menyanggupi dan mengemban tanggung jawab sebesar itu. Mereka menyerahkan kembali kepengurusan pembangunan masjid itu pada Sabrang Etan, dan tentulah Sabrang Etan menyanggupinya, karena memang dari awal, tanah yang diwakafkan itu terletak di Sabrang Etan. Sekarang masjid tersebut sudah mengalami dua kali perbaikan, yang pertama yaitu pada tahun 1979 yang disponosri oleh ustd Fathoni selaku penerima wakaf sata itu dan yang kedua pada tahun 2015, hingga saat ini dan masih dalam perbaikan.
B.     Deskripsi Masjid
Masjid Da’ar El-Tuqo ini dibangun pada tahun 1948 diatas ditanah wakaf seluas 200 m2 dan memiiliki luas bangunan 100 m2, dengan ketinggian 24 m. Disetiap sisi terdapat jendela dengan ukuran 275x27 cm dan kedua pintu masuk dari depan masjid dan samping kanan masjid dengan ketinggian 86x197 cm dan terdapat tiang penyangga dengan ketinggian 288 cm. Memiliki dua teras dengan luas 5x5 cm. Masjid ini telah dua kali mengalami perbaikan sekaligus pergantian nama. Perbaikan yang pertama yaitu pada tahun 1979 dan perbaikan yang kedua yaitu pada tahun 2015 dan sampai 2016 ini masih belum selesai dibangun. Dalam masjid ini terdapat beberapa ruangan pendukung lainnya seperti gudang, ruang tunggu khotib, ruang sekretariat DKM dan ketiga ruangan ini terhubung dengan kihrab yang menjorok kedalam. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai bangunan masjid seperti mihrab kubah dan mimbar dan beberapa penjelasan mengenai ukuran-ukrannya serta fungsinya:
1.      Mihrab
Menurut penuturan bapak Seh Syarif mihrab di masjid ini berukuran cukup besar dan luas, dengan panjang 95x197 cm dengan luas 5 m2, selain untuk sholat imam, bisa juga untuk menyimpan berbagai benda seperti lemari untuk menyimpan Al-Qur’an dan peralatan sholat lainnya dan juga mimbar pada saat tidak digunakan. Serta didalam mihrab terdapat ruangan lagi yaitu disebelah kanan, gudang, dan disebelah kiri ruang tunggu khotib.
2.      Mimbar
Mimbar sendiri berfungsi untuk pemimpin khotbah saat berceramah didepan jamaah, juga sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh masyarakat yang disegani saat akan melakukan pengumuman didepan jamaah, biasanya ketika menjelang sholat tarawih akan berkahir. Mimbar ini mempunyai ukuran 34x152 cm dan lebar 7x3 cm, bisa kita lihat juga di foto mimbar tersebut berukuran kecil.
3.      Kubah
Kubah yang berbentuk bulat besar hijau ini mempunyai ukuran sebesar 50 diameter dari titik awal kubah hingga kembali ke titik awal, terdapat kubah kecil dipucuk kubah, itu berukuran 5x5 meter dengan gaya arsitektur yang unik, bulat besar. Menurut narasumber, kubah itu dirancang khusus dan didaerah lain tidak ada kubah yang seperti itu, begitu menurut penuturan narasumber.
4.      Menara
Masjid yang kami gunakan ini bertempat di daerah  kampung Bayongbong, desa Linduk, kecamatan Pontang, RT/RW 18/03 ini, tengah diperbaiki yang dimana dimulai pada tahun 2015 dan belum rampung di tahun 2016 ini. Dalam pembangunan tersebut masyarakat kampung Bayongbong tidak menambahkan Menara dalam masjid ini, karena kurangnya lahan dan dana yang sulit dicari.
5.      Gapura
Masjid Da’ar El-Tuqo merupakan nama yang diganti dari sebelumnya yang bernama Jami At-Takwa. Penggantian nama tersebut merubah konsep dan struktur dari masjid tersebut, pasalnya pembangunan awal masjid tidak menerapkan sistem anak tangga, akan tetapi dengan dibangunnya yang ketiga kali ini masjid Darul Tuqo telah memiliki anak tangga yang terletak disebelah kanan dan kiri masjid bagian dalam. Namun masjid ini tidak membangun atau tidak memiliki Gapura karena biaya yang kurang memadai.
C.    Fungsi/Ritual Tertentu
Sebagaimana yang kita ketahui fungsi utama masjid adalah tempat peribadatan terutama bagi kaum muslimin dan muslimah. Diseluruh dunia, masjid bukan hanya menjadi tempat peribadatan, tapi juga tempat-tempat perkumpulan dan lain sebagainya. Di kampung Bayongbong Masjid bukan hanya tempat untuk peribadatan saja, tapi banyak ritual-ritual keagamaan tertentu seperti Marhabanan, Riuangan, pembagian Zakat anak yatim, cukuran saat hari raya dan untuk musayawarah serta mufakat bersama dan lain-lain.
D.    Saran-Saran Perbaikan
Masjid Da’ar El-Tuqo yang dulunya bernama masjid Jami At-Taqwa tidak memiliki lantai dua, akan tetapi setelah pergantian nama dan diadakan pembangunan, ternyata ada penambahan satu lantai hingga menjadi dua lantai. Akan tetapi, masih ada saran-saran yang harus dilakukan dan diperbaiki lagi diantaranya:
ü  Anak tangga dari kedua sisi tidak ada pegangannya, dan itu akan membahayakan orang yang akan menaikinya terutama anak kecil.
ü  Jendela dan pintu, baik pintu masuk atau pun pintu gerbang yang masih belum ditutup.
ü  Lantai yang masih semen dan dinding yang masih belum di cat.
ü  Gerbang utama dan pagar pelindung yang belum di bangun, serta kamar kecil yang belum dipasangi ventilasi tertutup, karena terlihat masih terbuka lebar.
ü  Memerlukan ruang atau bagian untuk menyimpan keranda, karena terlihat dibelakang kamar kecil ada keranda yang sangat jelas terpampang.
ü  perlu perbaikan kipas angin, ada beberapa kipas angin tapi tidak menyala karena kipas angin saat ini masih memakai kipas yang dulu.
BAB II
PENUTUP
2.1  Kesimpulan
Masjid merupakan tempat peribadatan bagi kaum musilim dan muslimat, dan juga tempat untuk mengadakan pertemuan sesama muslim dalam mengeluarkan pendapat dan bermusyawarah bersama serta bermufakat bersama, begitu pula fungsi dari masjid yang ada di daerah Bayongbong.  Masjid Da’ar El-Tuqo pertama kali dibangun pada tahun 1948 dan diperbaiki kembali pada tahun 1979 dan perbaikan kedua dilakukan pada tahun 2015 dan sampai 2016 ini masjid tersebut masih belum selesai dibangun. Dalam pembangunannya, setelah terungkap dan melakukan beberapa penelitian ternyata ada kendala dan masalah yang muncul. Yaitu adanya perdebatan antar semasa penduduk, yaitu anatara Sebrang Etan dan Sebarang Ulon. Dalam perdebatan tersebut saya menemukan titik lemahnya yaitu adanya faktor kecemburuan sosial, sehingga terjadilah perdebatan.










DAFTAR SUMBER
Wawancara
1.      Bapak Seh Syarif, 80 tahun, sesepuh, Di Kp. Bayongbong, Ds. Linduk, Kec. Pontang, Kab. Serang, Jum’at, 21 Oktober 2016, pukul 12:00 Wib
2.      Sari, 50 Tahun, Ibu Rumah Tangga, Di Kp. Bayongbong, Ds. Linduk, Kec. Pontang, Kab. Serang, Jum’at, 22 Oktober 2016, pukul 09:00 Wib.

Minggu, 27 November 2016

LAUT DAN SUNGAI, AIR DAN API

Laut dan sungai
Sungai adalah aliran air tawar yang besar yang bermuara si laut, danau atau kumpulan air lainnya. Laut atau samudra adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangidan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau. Dua macam kumpulan air itu mempunyai ciri-ciri tersendiri. Air laut asin dan pahit, air sungai tawar dan segar. Allah mengingatkan manusia bahwa:
* uqèdur Ï%©!$# ylttB Ç`÷ƒtóst7ø9$# #x»yd Ò>õtã ÔN#tèù #x»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& Ÿ@yèy_ur $yJåks]÷t/ %Y{yöt/ #\ôfÏmur #Yqàføt¤C ÇÎÌÈ  
53. dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
Firman-Nya diatas dengan menggunakan kata (هذا) hadza/ini yang merupakan isyarat dekat kepada kedua laut itu, mengesankan bahwa kendati terjadi kedekatan laut dan sungai satu sama lain, namun yang satu tidak bercampur dengan yang lain, sampai-sampai menurut sementara ulama, “seandainya anda menggali di pantai laut yang asin – walau pada jarak yang sangat dekat dengannya – maka Anda akan menemukan air yang sangat tawar. Air asin yang merembes atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai itu, tidak bercampur dengan air tawar yang merembes atau mengalir ke laut dan daratan.
Ada yang berkata bahwa penghalang yang dijadikan Allah itu, adalah posisi aliran sungai yang biasanya lebih tinggi dari permukaan laut, karena itu air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya, kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturanyang sangat teliti ini, air laut walaupun banyak, tidak mengasinkan air sungai yang merupakan sumber air minum manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan air sungai karena kadarnya sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya itu, namun air tawar itu tidak dapat mengubah rasa asin air laut.
Allah swt. Telah meneapkan hukum-hukum yang mengatur alam raya ini, sehingga air laut tidak mengalahkan air sungai, tidak juga daratan walaupun dalam keadaan pasang naik dan turun.
Ketika menyinggung ayat 53 QS. Al-Furqan {25} di atas, sayyid quthub mengutip tulisan A. Morison, ilmuwan yang menyebutkan bahwa jarak antara bulan dengan bumi kita adalah 240.000 mil, bahwa pasang naik yang terjadi dua kali, mengingatkan kita secara halus tentang keberadaan bulan. Pasang naik yang terjadi di samudra bisa jadi di beberapa tempat mencapai enam puluh kaki, bahkan kulit bumi menonjol keluar sebanyak dua kali sekitar beberapa inci desebabkan oleh daya tarik bulan. Nampak bagi kita, bagaimana segalanya teratur sedemikian rapi, sampai-sampai kita tidak dapat menhangkau kekuatan yang demikian besar yang dapat meninggikan samudra beberapa kaki, dan menonjolkan kulit yang sangat kuat itu.

Air dan Api
air
Air adalah benda cair yang terdiri dari oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu. Stetes air terdiri dari jutaan atom yang berbeda-beda jenis. Molekul-molekul pada zat cair saling berpegangan, tetapi tidak terlalu erat, sehingga dengan mudah dapat lepas dan berpindah ikatan. Allah membuatnyasedemikian rupa, sehingga kita tidak perlu mengunyah air; cukup meneguknya, dia dengan segera mudah masuk ke kerongkongan. Air mendidih pada suhu 1000C; jika temperatur turun sampai ke bawah 00C, maka air akan membeku menjadi es, dan bila temperatur berada di atas 1100C, maka air akan menguap.
Sebagian besar bagian bumi kita adalah air, bahkan sebagian besar dari diri kita sebagai manusia juga adalah air dan diri kita pun memiliki jumlah prosentase air yang serupa dalam tubuh kta. Memang jauh sebelum ini Allah telah menggaris bawahi dalam Al-Qur’an bahwa:
 ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( ÇÌÉÈ
30. Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup (Q.S Al-Anbiya: 30).
Kebenaran pernyataan Allah ini telah terbukti melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri.
Air tela diciptakan sedemikian rupa, sehingga ia memiliki keunikan dibandingkan cairan lain. Lihatlh es; ia menjadi ebih ringan dari air, karena itu ia mengapung. Mestinya, apabila kita perhatkan benda-benda lain, es itu akan tenggelam. Itulah salah satu sifat air yang unik. Anda bisa bayangkan kalau seandainya air tidak bersifat demikian, yakni es tidak mengapung, maka air di planet kita ini, lebih-lebih di musim dingin, akan terperangkap dalam es dan kehidupan tidak mungkin dapat berlanjut di laut, dan sungai. Karena ketika itu es akan tenggelam, tidak mengambang seperti sekarang dan air yang ada di bagian bawah akan naik ke permukaaan dan pada saatnya akan menjadi es. Demikian seterusnya sampai air di bumi ini seluruhnya menjadi es.
Air mengalir ke tempat yang rendah, dan mengambil bentuk bejana yang memuatnya. Kendati demikian, air adalah salah satu seumber energi yang kuat dan bebas polusi. Kita harus menarik pelajaran dari air. Anatara lain bahwa walau dia selalu mengallir ke tempat yang rendah, dan mengambil bentuk bejana yang memuatnya, namun dia sangat-sangat, dan semua makhluk membutuhkannya. Jangan coba-coba membendung air, dia akan berputar dan berputar, menggerakan segala yang ada disekitarnya. Dia juga akan selalu mencari jalan keluar dari apa yang membendung jalannya; bila terus dibendung, pada akhirnya ia akan meledakan penghalangnya dan memusnahkan semua yang disekelilingnya. Maukah kita menirunya dengan berendah hati, karena: “tidak ada sesuatu yang merendah kecuali Allah dan mengangkatnya ke ketinggian”
Api
Api adalah cahaya dan panas yang timbul karena reaksi kimia. Ia memerlukan tiga unsur, yakni karbon, oksigen dan panas. Ada sifat-sifat dan ukuran-ukuran tertentu dari ketiga hal itu. Andaikata oksigen dan karbon tidak seperti keadaannya sekarang, yakni lebih mudah  bereaksi satu terhadap yang lain, maka pembakaran spontan akan terjadi dimana-mana. Bisa saja tiba-tiba manusia itu terbakar begitu cuaca sangat panas. Sebaliknya, kalau karbon dan oksigen memiliki kadar yang kurang dari sifatnya yang sekarang, maka akan sangat sulit kita menyalakan api, bahkan mustahil. Jika demikian, kehidpan menjadi sangat terbatas, dan kenyamanan hidup tidak akan terasa.
Dalam QS, Yasin {36}: 80, Allah swt. Menegaskan bahwa:
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ /ä3s9 z`ÏiB ̍yf¤±9$# ÎŽ|Ø÷zF{$# #Y$tR !#sŒÎ*sù OçFRr& çm÷ZÏiB tbrßÏ%qè? ÇÑÉÈ  
80. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu".
Ayat ini mengisyaratkan adanya kekuatan surya yang dapat berpindah ke dalam tumbuh-tumbuhan melalui proses asimilasi sinar. Sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat hijau daun (klorofil) mengisap karbondioksida dari udara. Sebagai akibat terjadinya interaksi antara gas karbondioksida dan air yang diserap oleh tumbuh-tumbuhan dari dalam tanah, lahir zat karbohidrat berkat bantuan sinar matahari. Dari situ kemudian terbentuk kayu yang pada dasarnya terdiri atas komponen kimiawi yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Apa yang diungkap ayat diatas merupakan salah satu isyarat ilmiah yang belum dikenal sampai sekian abad dari turunnya Al-Qur’an. Proses itu dikenal juga dengan photosynthesis, baru ditemukan oleh seorang sarjana Belanda J. Ingenhousz pada akhir abad XVIII yang lalu. Itulah sebagian yang diketahui tentang api duniawi.
Namun, masih ingatkah anda mengenai sejarah yang berhubungan dengan sang Nabi pencari tuhan? Yupz, Nabi Ibrahim! Peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. Yang dilempar kedalam kobaran api oleh penguasa masanya, membuktikan kuasa Allah atas Api. Ketika itu Allah berfirman:
$uZù=è% â$uZ»tƒ ÎTqä. #YŠöt/ $¸J»n=yur #n?tã zOŠÏdºtö/Î) ÇÏÒÈ  
69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
Disebutkan dalam satu riwayat bahwa penguasa masanya yang menyembah api bertanya kepada Nabi mulia itu, “mengapa engkau enggan menyembah api?”. Nabi ibrahim menjawab: “Bukankah air dapat memadamkannya?”. “jika demikian mengapa engaku tidak menyembah air?”, tanya penguasa itu. Nabi irahim as menjawab, “Bukankah awan yang mengandungnya lebih kuat?” “Jika demikian sembahlah awan!”, tanya penguasa. Nabi ibrahim as menjawab lagi: Angin menggiringnya lebih kuat dari awan”. “kalau demikian sembahlah angin!” kata sang penguasa. Nabi ibrahim sekali lagi emnajawab dengan tenang: “manusia yang menarik dan menghembuskannya lebih kuat dari angin.” Tetapi manusia pun lemah , karena itu yang wajar bahkan yang berhak disembah tidak lain kecuali pencipta semua itu, pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia adalah Allah Rabbul ‘alamin. Subhanallah penciptaan yang luar biasa itu!

OTONOMI DAERAH MASA REFORMASI

OTONOMI DAERAH MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Indonesia Modern   Disusun ...