BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar
Belakang Masalah
Banten merupakan daerah
yang terletak di ujung barat pulau jawa. Banten pada masa lalu merupakan sebuah
daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang
terbuka dan makmur. Banten juga
merupakan pulau yang dimana memiliki sejarah yang panjang, terutama mengenai
bagaimana masuknya Islam di Banten. Dengan kedatangan Sunan Gunung Jati dan
dengan mengirimkan putranya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin ke Banten,
membawa perubahan besar dalam kancah keagamaan. Dari yang dulunya beralirkan
Animisme dan Dinamisme, Hindu dan Buddha, kini sudah berganti menjadi Islam
sepenuhnya. Hal itu juga karena didukung dengan dirikan banyaknya masjid
didaerah-daerah tertentu yang terjangkau dengan Islam. Tak luput dari daerah
besar atau pun kecil, masjid sudah berdiri dimana-mana di daerah Banten ini,
ada yang memiliki sejarah panjang dan ada juga yang memiliki sejarah pendek.
Salah
satunya di daerah Pontang, sudah banyak masjid yang dimana juga menyisahkan
sejarah paling penting didalamnya. Seperti di daerah Pontang tepatnya di
kampung Bayongbong Ds. Linduk RT/RW 17/03, disana berdiri masjid yang bernama
masjid Da’ar El-Tuqo, yang menurut informasi yang didapat sudah ada sejak jaman
pemerintahan Belanda di Indonesia. Masjid Da’ar El-Tuqo yang dulunya bernama
masjid Jami At-Taqwa telah mengalami perbaikan selama dua kali dan yang ketiga
kalinya inilah pada tahun 2016 masjid Darul Tuqo sudah resmi digunakan walaupun
pembangunannya belum rampung, dan masjid Da’ar El-Tuqo bukanlah bangunan yang
berdasarkan pada sejarah panjang yang melibatkan banyak alim ulama atau
peristiwa tertentu, melainkan hanya karena sebuah inisiatif tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lokasi Dan Sejarah Singkat Masjid
1.
Lokasi
Masjid Da’ar El-Tuqo
Masjid yang bernama Da’ar El-Tuqo ini terletak di Jalan Ciptayasa,
Km. 13 Pontang-Serang kode pos 42192, tepatnya di Kp. Bayongbong, RT/RW 17/03
Ds. Linduk, Kec. Pontang, Kab. Serang, Prov. Banten. Berdiri tepat
ditengah-tengah bangunan rumah warga, dan tepat di antara tiga tikungan yang
menuju Idul (Selatan) Elor (Utara) dan jika lurus dari jalan utama maka akan
menuju Etan (Barat). Masjid ini terletak cukup strategis karena menjangkau
semua sisi baik untuk warga Idul, Elor, Etan tapi untuk warga Ulon jarak yang
ditempuh cukup jauh karena harus berjalan melalui jalan utama kampung.
2.
Sejarah
Singkat Berdirinya Masjid Da’ar El-Tuqo
Awal berdirinya masjid ini masih menjadi perdebatan di kalangan
masyarakat pada jamannya dahulu, antara masayarakat Sabrang Ulon dan Sabrang
Etan. Tanah masjid sebenarnya adalah wakaf dari salah seorang saudagar pada
jamannya dahulu, beliau bernama Ki Rinjan, yang juga bertepat tinggal di
Bayongbong, asal mula dari riwayat Ki Rinjan tidak diketahui baik saya, maupun narasumber,
beliau mempunyai inisiatif tersendiri untuk membangun masjid ini yang bernama
masjid Jami At-Taqwa, itu pada awalnya, tapi sekarang berubah nama menjadi
Da’ar El-Tuqo. Menurut cerita atau sumber yang saya dapat dengan mewawancarai
beberapa narasumber, seperti bapak Seh Syarif dan Ibu Sari, mereka mengatakan
bahwa Ki Rinjan mewakafkan tanah di Sabrang Etan untuk didirikan masjid, dan
warga Bayongbong setuju dengan usul tersebut, akan tetapi golongan Sabrang Ulon
menginginkan pendirian masjid didaerahnya, dengan dalih karena banyaknya
orang-orang kaya bertempat tinggal didaerah itu, jadi sudah seharusnya ada di
Sabrang Ulon.
Namun, pihak dari Sabrang Etan, ternyata memberikan tanggung jawab
sepenuhnya pada Sabrang Ulon dan mereka harus sanggup untuk mengurusnya, dan
Sabrang Etan tidak akan ikut campur dalam kepengurusan, karena tanah disana
bukanlah tanah wakaf. Namun, dari pihak Sabrang Ulon sendiri pun ternyata tidak
menyanggupi dan mengemban tanggung jawab sebesar itu. Mereka menyerahkan
kembali kepengurusan pembangunan masjid itu pada Sabrang Etan, dan tentulah
Sabrang Etan menyanggupinya, karena memang dari awal, tanah yang diwakafkan itu
terletak di Sabrang Etan. Sekarang masjid tersebut sudah mengalami dua kali
perbaikan, yang pertama yaitu pada tahun 1979 yang disponosri oleh ustd Fathoni
selaku penerima wakaf sata itu dan yang kedua pada tahun 2015, hingga saat ini
dan masih dalam perbaikan.
B.
Deskripsi Masjid
Masjid Da’ar El-Tuqo ini dibangun pada tahun 1948 diatas ditanah
wakaf seluas 200 m2 dan memiiliki luas bangunan 100 m2,
dengan ketinggian 24 m. Disetiap sisi terdapat jendela dengan ukuran 275x27 cm
dan kedua pintu masuk dari depan masjid dan samping kanan masjid dengan
ketinggian 86x197 cm dan terdapat tiang penyangga dengan ketinggian 288 cm.
Memiliki dua teras dengan luas 5x5 cm. Masjid ini telah dua kali mengalami
perbaikan sekaligus pergantian nama. Perbaikan yang pertama yaitu pada tahun
1979 dan perbaikan yang kedua yaitu pada tahun 2015 dan sampai 2016 ini masih
belum selesai dibangun. Dalam masjid ini terdapat beberapa ruangan pendukung
lainnya seperti gudang, ruang tunggu khotib, ruang sekretariat DKM dan ketiga
ruangan ini terhubung dengan kihrab yang menjorok kedalam. Berikut ini beberapa
penjelasan mengenai bangunan masjid seperti mihrab kubah dan mimbar dan
beberapa penjelasan mengenai ukuran-ukrannya serta fungsinya:
1.
Mihrab
Menurut penuturan bapak Seh Syarif mihrab di masjid ini berukuran
cukup besar dan luas, dengan panjang 95x197 cm dengan luas 5 m2, selain
untuk sholat imam, bisa juga untuk menyimpan berbagai benda seperti lemari
untuk menyimpan Al-Qur’an dan peralatan sholat lainnya dan juga mimbar pada
saat tidak digunakan. Serta didalam mihrab terdapat ruangan lagi yaitu
disebelah kanan, gudang, dan disebelah kiri ruang tunggu khotib.
2.
Mimbar
Mimbar sendiri berfungsi untuk pemimpin khotbah saat berceramah
didepan jamaah, juga sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh masyarakat yang
disegani saat akan melakukan pengumuman didepan jamaah, biasanya ketika
menjelang sholat tarawih akan berkahir. Mimbar ini mempunyai ukuran 34x152 cm dan
lebar 7x3 cm, bisa kita lihat juga di foto mimbar tersebut berukuran kecil.
3.
Kubah
Kubah yang berbentuk bulat besar hijau ini mempunyai ukuran sebesar
50 diameter dari titik awal kubah hingga kembali ke titik awal, terdapat kubah
kecil dipucuk kubah, itu berukuran 5x5 meter dengan gaya arsitektur yang unik,
bulat besar. Menurut narasumber, kubah itu dirancang khusus dan didaerah lain
tidak ada kubah yang seperti itu, begitu menurut penuturan narasumber.
4.
Menara
Masjid yang kami gunakan ini bertempat di daerah kampung Bayongbong, desa Linduk, kecamatan
Pontang, RT/RW 18/03 ini, tengah diperbaiki yang dimana dimulai pada tahun 2015
dan belum rampung di tahun 2016 ini. Dalam pembangunan tersebut masyarakat
kampung Bayongbong tidak menambahkan Menara dalam masjid ini, karena kurangnya
lahan dan dana yang sulit dicari.
5.
Gapura
Masjid Da’ar El-Tuqo merupakan nama yang diganti dari sebelumnya
yang bernama Jami At-Takwa. Penggantian nama tersebut merubah konsep dan
struktur dari masjid tersebut, pasalnya pembangunan awal masjid tidak
menerapkan sistem anak tangga, akan tetapi dengan dibangunnya yang ketiga kali
ini masjid Darul Tuqo telah memiliki anak tangga yang terletak disebelah kanan
dan kiri masjid bagian dalam. Namun masjid ini tidak membangun atau tidak
memiliki Gapura karena biaya yang kurang memadai.
C.
Fungsi/Ritual Tertentu
Sebagaimana yang kita ketahui fungsi utama masjid adalah tempat
peribadatan terutama bagi kaum muslimin dan muslimah. Diseluruh dunia, masjid
bukan hanya menjadi tempat peribadatan, tapi juga tempat-tempat perkumpulan dan
lain sebagainya. Di kampung Bayongbong Masjid bukan hanya tempat untuk
peribadatan saja, tapi banyak ritual-ritual keagamaan tertentu seperti
Marhabanan, Riuangan, pembagian Zakat anak yatim, cukuran saat hari raya dan
untuk musayawarah serta mufakat bersama dan lain-lain.
D.
Saran-Saran Perbaikan
Masjid Da’ar El-Tuqo yang dulunya bernama masjid Jami At-Taqwa
tidak memiliki lantai dua, akan tetapi setelah pergantian nama dan diadakan
pembangunan, ternyata ada penambahan satu lantai hingga menjadi dua lantai.
Akan tetapi, masih ada saran-saran yang harus dilakukan dan diperbaiki lagi
diantaranya:
ü Anak tangga dari kedua sisi tidak ada pegangannya, dan itu akan
membahayakan orang yang akan menaikinya terutama anak kecil.
ü Jendela dan pintu, baik pintu masuk atau pun pintu gerbang yang
masih belum ditutup.
ü Lantai yang masih semen dan dinding yang masih belum di cat.
ü Gerbang utama dan pagar pelindung yang belum di bangun, serta kamar
kecil yang belum dipasangi ventilasi tertutup, karena terlihat masih terbuka
lebar.
ü Memerlukan ruang atau bagian untuk menyimpan keranda, karena
terlihat dibelakang kamar kecil ada keranda yang sangat jelas terpampang.
ü perlu perbaikan kipas angin, ada beberapa kipas angin tapi tidak
menyala karena kipas angin saat ini masih memakai kipas yang dulu.
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Masjid merupakan tempat peribadatan bagi kaum musilim dan muslimat,
dan juga tempat untuk mengadakan pertemuan sesama muslim dalam mengeluarkan
pendapat dan bermusyawarah bersama serta bermufakat bersama, begitu pula fungsi
dari masjid yang ada di daerah Bayongbong. Masjid Da’ar El-Tuqo pertama kali dibangun
pada tahun 1948 dan diperbaiki kembali pada tahun 1979 dan perbaikan kedua
dilakukan pada tahun 2015 dan sampai 2016 ini masjid tersebut masih belum
selesai dibangun. Dalam pembangunannya, setelah terungkap dan melakukan
beberapa penelitian ternyata ada kendala dan masalah yang muncul. Yaitu adanya
perdebatan antar semasa penduduk, yaitu anatara Sebrang Etan dan Sebarang Ulon.
Dalam perdebatan tersebut saya menemukan titik lemahnya yaitu adanya faktor kecemburuan
sosial, sehingga terjadilah perdebatan.
DAFTAR SUMBER
Wawancara
1.
Bapak
Seh Syarif, 80 tahun, sesepuh, Di Kp. Bayongbong, Ds. Linduk, Kec. Pontang,
Kab. Serang, Jum’at, 21 Oktober 2016, pukul 12:00 Wib
2.
Sari,
50 Tahun, Ibu Rumah Tangga, Di Kp. Bayongbong, Ds. Linduk, Kec. Pontang, Kab.
Serang, Jum’at, 22 Oktober 2016, pukul 09:00 Wib.