Rabu, 26 April 2017

LAPORAN PENELITIAN: SEJARAH KERATON KAIBON BANTEN LAMA



DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................1
I.                   PENDAHULUAN.................................................................2
II.                TEKNIK PENGUMPULAN DATA......................................4
a.       Observasi........................................................................4
b.      Wawancara.....................................................................5
c.       Pendokumentasian...........................................................8
III.             DESKRIPSI HASIL LAPANGAN......................................12
IV.             PENUTUP............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20
a.       Buku..............................................................................20
b.      Wawancara.....................................................................20

I.                   PENDAHULUAN
Sejarah merupakan sebuah peristiwa dan kejadian yang terjadi pada masa yang telah lalu. Di mana, masa tersebut merupakan bentuk awal dari sebuah kehidupan yang didalamnya terdapat beberapa tindakan atau keadaan yang menyebabkan situasi pada masa itu terbagi-bagi menjadi beberapa bagian diantaranya, situasi yang terbilang amat sulit misalnya adanya peperangan, perebutan kekuasaan, konflik politik, kekuatan untuk menjajah system perdagangan. Dan hasil dari kejadian tersebut meninggalakan jejak ayang amat sulit untuk dilupakan. Bahkan, kita sebagai manusia yang hidup setelah masa itu, masih bisa merasakan akan apa yang meninmpa kehidupan masa lalu yang bisa dikatakan, menyisakan sedikit rasa pilu terutama yang dirasakan masyrarakat, pemerintah, sultan yang dulu terjajah oleh belanda, hal tersebut dirasakan amat perih bagi penghuni provinsi banten.
Banten  mempunyai banyak latar belakang sejarah yang sangat panjang, dimulai dari masa prasejarah sampai dengan masa colonial. Menghasilkan peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala yang terbesar di seluruh wilayah provinsi banten. Masyarakat menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan, antara lain benda kuno, benda antic, benda purbakala, monument, arkeologi (archeological remains), atau peninggalan sejarah (historical remains).[1]
Akan tetapi, peninggalan yang dibangga-banggakan itu pun kini hanya menjadi sisa, dimana mereka terbengkalai dan hanya menjadi sebuah pajangan. Meskipun begitu, amat bangga sekali kita bisa menjadi bagian dari daerah banten yang kaya akan sejarahnya, peninggalan-peninggalan yang menakjubkan, yang apabila mungkin kita bisa melihatnya di jaman dan diwaktu itu. Apa yang telah terjadi di banten ini adalah sebuah peristiwa yang mungkin sulit untuk diingat dan sulit pula dilupakan, terhitung banyak sudah penderitaan, pahit manis perjuangan, bahkan mungkin kesuksesan yang tidak berjalan sesuai keinginan. Dimana, keinginana menjadikan banten makmur, damai dan adil tak begitu terwujud. Namun, apa yang telah dibangun dan telah dirintis oleh sultan-sultan yang memerintah pada saat itu, dan semua itu masih berbekas, dan kita yang hidup sekarang masih bisa melihat apa yang telah diciptakan para pendahulu seperti peninggala-prninggalan, situs, dan banguan seperti masjid, keraton dan beberapa bangunan yang lainnya.
Di banten sendiri terdapat beberapa peninggalan salah satunya adalah peninggalan kesultanan banten yaitu keraton kaibon, yang dimana dibangun oleh salah satu keturunan sultan, dan beliau ini pun menjadi sultan yang selanjutnya yaitu sultan syafiuddin. Dalam pembahasan ini kami akan mencoba membahas mengenai keraton kaibon, yang menjadi pusat perhatian dari keraton ini adalah disalah satu bangunan masih terlihat utuh, yaitu sebuah masjid dengan lantainya yang utuh, gerbang-gerbang yang masih berdiri tegak semua itu masih bisa kita lihat dan dengan mudah kita bisa mencapai tempanya.
Kaibon sendiri berasal dari kata ke-ibu-an, yang berarti keraton tempat tinggal ibu (sultan). Komplek keraton kaibon yang terletak di Kampung Kroya merupakan tempat kediaman ratu asyiah, ibunda sultan syafiuddin. Dari laporan hasil peneitian kami ini setidaknya berisikan sedikit beberapa temuan dan permasalahan yang terjadi ada masa penghancuran tersebut.


II.      Teknik Pengumpulan Data
A.    Observasi
Awal sebelum melakukan observasi persiapan yang kami lakukan adalah mempersiapkan alat-alat yang akan kami gunakan dilapangan, diantaranya adalah: alat tulis sebagai media untuk mencatat materi yang disampaikan, alat perekam untuk mewawancarai narasumber, kamera untuk mengambil gambar keraton kaibon, dan meteran untuk mengukur gerbang bentar, paduraksa, serta ruangan dan kamar. Setelah itu kami mulai melakukan perjalanan menuju situs keraton kaibon.
 Sesaat setelah itu, kami meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak yang berwenang atas pengurusan keraton kaibon untuk melakukan observasi, setelah itu kami menemui salah satu juru kunci yang mengetahui banyak tentang keraton kaibon, kami mewawancari narasumber dan bertanya banyak tentang sejarah awal berdirinya, sultan yang memerintah, dan pengahancuran terhadap keraton kaibon itu sendiri, kami menggunakan alat perekam untuk merekam apa saja kata-kata yang terlontar dari narasumber, sehingga mudah bagi kami untuk mendengarkannya berulang-ulang dan tidak lupa juga, kami mencatat semua pertanyaan yang kami tanyakan kepada narasumber. Setelah itu, kami menyusuri beberapa tempat di keraton tersebut dan melihat-lihat, serta mengukur beberapa peninggalan yang masih berdiri tegak sampai sekarang dan masih terlihat jelas fungsinya untuk apakah bangunan itu, diantaranya yaitu sebuah pintu gerbang yang berjejer terdiri dari lima pintu yang dinamakan gerbang bentar, dan gerbang yang tedapat di dalam keraton yaitu gerbang paduraksa, serta beberapa ruangan yang diduga sebagai kamar dari ibunda sultan syafiuddin yaitu ratu aisyah.
Dan setelah data sumber yang kami cari terkumpulkan sudah, kami melakukan pemverifikasian terhadap sumber yang kami kumpulkan tersebut, serta kami analisis lebih lanjut lagi. Dalam observasi yang kami lakukan dilapangan ada beberapa sumber lisan dari narasumber yang berbeda dari sumber yang kami temukan dipustaka dalam artian didalam buku. Namun, perbedaan pendapat dalam sebuah penelitian itu adalah hal yang wajar, maka dari itu kami menuliskan kedua pendapat yang berbeda tersebut, dikarenakan pendapat subjektivitas dari kami pun tidak didukung begitu banyak pihak. Hal tersebut bagi kami tidak menganggapnya sebagai permasalahan. Setelah itu kami susun sedemikian rupa laporan penelitian kami dalam sebuah penulisan.
B.     Wawancara
Wawancara yang kami lakukan pada hari minggu, 14 desember 2014, tepatnya pada siang hari ba’da dzuhur di lingkungan sekitar keraton kaibon, kami melakukan wawancara tersebut didalam bagian bangunan yang masih terlihat utuh yaitu tepatnya di masjid yang berada didalam keraton kaibon. Kami mewawancarai salah seorang juru kunci yang tahu betul mengenai keraton kaibon, narasumber tersebut adalah bapak Mulangkara selaku staf pengelola kawasan peninggalan sejarah Istana Kaibon, kami mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan jawabannya terkait keraton kaibon diantara pertanyaanya dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Apa makna dan arti dari gebang bentar yang bersayap serta mengapa gerbang tersebut didirikan menjadi 5 pintu yang berjejer, dan gerbang paduraksa yang dibangun didalam keraton, dan bagaimana pintu tersebut di fungsikan?
Jawaban-nya adalah gerbang bentar yang bersayap mengandung makna bahwa gerbang tersebut selalu dilewati siapa saja, dan arti dari 5 pintu itu bermaknakan rukun islam, sedangkan gerbang paduraksa adalah pintu yang disakralkan maka dari itu dibangun ditengah-tengah ruangan.
2.      Siapakah sultan terakhir banten?
Jawaban-nya bahwa sultan terakhir banten adalah, sultan maulana syafiuddin yang ke-21
3.      Benarkah bahwa sultan rafiuddin salah satu keturunan dari kesultanan banten?
Jawaban-nya adalah beliau sama sekali tidak ada jalur keturunannya dengan sultan banten, hubungannya adalah dengan menikahi salah satu putri dari sultan syafiuddin, maka dari itu meskipun beliau menjadi sultan tapi, beliau bukanlah sultan yang terakhir, sebagaimana disebutkan diatas sultan terakhir adalah sultan maulana syafiuddin.
4.      Siapakah yang sebenarnya membangun keraton kaibon, pada hal waktu itu sultan syafiuddin masih berumur 5 atau 9 tahun?
Jawaban-nya adalah, keraton tersebut dibangun sebagai hadiah untuk ibunda ratu aisyah, hanya itulah jawaban dari pertanyaan ini. Bisa disimpulkan bahwa jawaban ini hanya dapat kami berikan melalui pendapat subjektivitas menurut pandangan kami.

5.      Mengapa sultan syafiuddin diasingkan di surabaya?
Jawaban-nya adalah, karena sultan syafiuddin dituduh membantu bajak laut selat sunda atu orang-orang yang melawan penjajah.
Dalam wawancara tersebut ada sedikitnya jawaban yang tidak terjawab oleh narasumber dikarenakan berita, bukti dan lain sebagainya belum diketahui oleh beliau, dan juga beliau mengatakan bahwa terdapat berbagai pandangan dan pendapat mengenai keraton kaibon, hal tersebut mungkin sudah menadi bagian dari sejarah, dimana berbagai pendapat dan pandangan yang berbeda selalu mengiringi sejarah. Bukan hanya karena sumber dan bukti saja bahkan, fakta yang seharusnya ada juga dipertaruhkan dalam hal ini. Namun yang menjadi masalah yang paling sulit dalam hal penelitian memang benar adanya bahwa faktalah yang menjadi pegangan sebuah penelitian, bukan hanya karena pendapat dan pandangan dari logika dan pikiran manusia.
Demikian wawancara yang kami lakukan dengan bapak mulang tara, meskipun ada beberapa jawaban yang kurang pas dan mengena, tapi kami akan berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan jawaban yang lebih dari sekedar jawaban. Maka dari itu, kami akan mencarinya melalui buku-buku dan data lain-nya.

C.     Pendokumentasian
1.      Gerbang Bentar
 
gerbang ini memiliki 5 pintu yang melambangkan rukun islam, sayapnya bermakna bahwa setiap orang bisa melewati pintu utama ini.

2.      Gerbang Paduraksa
gerbang paduraksa terletak didalam keraton kaibon. Mengapa gerbang ini terletak didalam kerataon? Karena pintu ini amat sakral.

3.      Mihrob Masjid
 
kelompok keraton kaibon saat melakukan pengukuran mihrob masjid di keraton kaibon. Di keraton ini lokasi penempatan bangunan masjid  yakni di halaman kedua.

4.      Kamar Ratu Aisyah
 
kamar ini diduga sebagai kamar ratu aisyah, karena didalam kamar ini terdapat tanah yang menjorok kebawah, diduga bahwa itu adalah pendingin ruangan.

 
kelompok keraton kaibon saat melakukan pengukuran kamar ratu aisyah.


Saat melakukan wawancara kelompok keraton kaibon dan kelompok yang lain dengan bapak mulang kara.
Kelompok keraton kaibon saat berada area sekitar keraton, tepatnya disampaing halaman masjid.

Kelompok keraton kaibon saat melakukan pengukuran di dalam masjid.




III.             Deskripsi Hasil Lapangan
A.    Sejarah Terbentuknya Keraton Kaibon
Kawasan Banten Lama di Kabupaten Serang banyak meninggalkan bangunan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Salah satu bangunan yang masih tersisa adalah Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, sekitar 500 meter sebelah tenggara keraton surosowan[2], Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Keraton kaibon menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita kejayaan Kerajaan Banten Lama. Keraton Kaibon merupakan salah satu bangunan utama pada masa Kesultanan Banten (1526-1684), terpisah dari kompleks Keraton Surosowan sebagai pusat pemerintahan. Hal ini merupakan tradisi masyarakat Jawa dimana Keraton Kaibon merupakan tempat tinggal para istri dan Putri-putri Kesultanan. Dengan kata lain yang lebih populer bahwa Keraton Kaibon adalah Keputrennya Kesultanan Banten. Terletak kurang lebih 2 km dari Pusat Pemerintahan Keraton Surosowan yang dikelilingi persawahan dan jalur transportasi sungai (atau lebih tepatnya kanal khusus yang dibuat pada waktu itu).
Keraton ini dibangun pada tahun 1815, menjadi keraton kedua di Banten setelah Keraton Surosowan. Berbeda dengan Keraton Surosowan, sebagai pusat pemerintahan, Keraton Kaibon dibangun sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah. Hal ini dikarenakan Sultan Syafiuddin sebagai Sultan Banten ke 21 saat itu usianya masih 5 tahun adalah putra dari sultan muhyiddin zainul shalikhin. Nama Kaibon sendiri dipastikan diambil dari kata keibuan yang memiliki arti bersifat seperti ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Tahun pada 1813 kaibon menjadi pusat pemerinthanan dibawah kepemimpinan sultan muhammad syafiuddin yang baru berusia 9 tahun, kemudian kesultanan banten dihapus oleh belanda dan dinyatakan masuk dalam wilayah teritorial batavia dan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
•Banten lor/serang
•Banten tengah/pandeglang
•Banten kidul/lebak
•Banten kulon/caringin
                        mulai tahun 1816-1827 kaibon menjadi pemerintah kabupaten banten lor yang dipimpin oleh pangeran arya adi santika pada tahun 1828, sebagai bupati banten yang pertama yang mendapat dukungan belanda sebagai ganti pemerintahan kesultanan banten yang dihapuskan oleh belanda mulai tahun 1813. Pada tahun 1809 mulai dikerjakan pembuatan jalan pos dari anyer sampai panarukan banyuwangi sepanjang kurang lebih 1000 km. Sehingga perjalanan 40 hari dapat dipersingkat menjadi 6 hari. Jalan dikerjakannya hanya dalam tempo satu tahun dengan mengorbankan beribu-ribu rakyat banten.[3]
Pada tahun 1832 keraton kaibon ini dihancurkan oleh belanda yang dipimpin oleh daendels, dimana awal mula penghancurannya yaitu dikarenakan daendels ingin melanjutkan kembali jalan anyer sampai panarukan,  akan tetapi sultan syafiuddin menolak untuk mengirimkan rakyat untuk bekerja paksa (kerja rodi) dan hingga utusan dari daendels yaitu du puy ia dipancung dan kepalanya di serahkan kepada daendels. Dan juga pelabuhan armada belanda di teluk lada ( di labuan). Dengan kejadian itu daendels pun marah besar sehingga ia mneghancurkan kaibon, besreta keraton surosowan yang tak jauh lokasainya dari keraton kaibon. Materialnya diangkut ke serang untuk membangun pusat pemerintahan belanda di serang. Yang masih terlihat sekarang hanya sebagian pondasi, tembok, serta gapura/pintu gerbang.[4]
B.     Lokasi keraton kaibon
Kompleks bangunan ini terletak dikampung kroya lama, kelurahan kasunyatan, kecamatan kasemen, kota serang, sekitar 500 M dari keraton surosowan, lebih kurang 1 km sebelum masjid agung banten[5], dan berada disisi jalur jalan serang banten lama disisi selatan kompleks bangunan ini mengalir sungai cibanten. Luas kraton ini kurang lebih 2 hektar dan dikelilingi kanal sebagai sarana transportasi dan pertahanan.  Keraton kaibon merupakan bekas kediaman sultan syafiuddin, seorang sultan banten yang memerintah sekitar tahun 1809-1813.[6]

C.     Fungsi dan deskripsi bangunan keraton kaibon
Keraton kaibon mempunyai banyak sekali fungsi selain sebagai tempat tinggal atau kediaman ratu asyiah, Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 2-4 hektar ini, dibangun menggunakan batu bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Walaupun telah hancur, namun terlihat jelas sekali bagaimana kita bisa menyimpulkan beberapa bangunan yang berfungsi pada waktu itu. Diantaranya:
1.      Punggawa
a.        yang berfungsi sebagai rumah dinas
b.      Bangunannya berbentuk persegi empat, memiliki sebuah pintu besar yang dinamai pintu dalam. Bangunan ini terletak di halaman dekat dengan pintu.
2.      Gerbang bentar
a.       Di pintu gerbang sebelah barat menuju masjid kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin pada tembok tersebut terdapat lima pintu bergaya bali, gerbang pertama yang dikenal dengan gerbang bentar memiliki lima pintu yang bergaya bali arti dari lima pintu itu melambangkan rukun islam, sedangkan sayap yang terdapat pada pintu tersebut melambangkan bahwa gerbang tersebut selalu dilewati orang yang berlalu lalang, siapa saja bisa melewati gerbang tersebut seperti para kerabat, pengawal, atau pelayan-pelayan.[7] Jadi, fungsi utama dari gerbang bentar adalah sebagai tempat berlalu lalangnya untuk semua orang.
b.      Gerbang bentar memiliki sayap pada ujung pintunya, berbentuk seperti tandunk, gaya arsitekturnya yaitu bergaya bali. Ukuran tembok itu panjangnya 80 meter dan tingginya 2 meter.
3.      Gerbang Paduraksa
a.       Gerbang ini terdapat didalam ruangan, yaitu gerbang gerbang paduraksa yang bergaya jawa, yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton, gerbang ini memiliki makna bahwa tidak semua orang bisa melewati gerbang itu, hanya ratu asyiah dan orang-orang yang berkepentingan saja yang bisa melewatinya dikarenakan gerbang tersebut dianggap sakral dan gerbang tersebut langsung menuju ruangan ratu asyiah dan tidak semua orang bisa memasukinya. Jadi, fungsi utama dari gerbang paduraksa adalah sebagai tempat lewatnya para ratu dan tidak semua orang bisa melewatinya.
b.      Gerbang paduraksa (khas bugis) lebih tinggi dibanding dengan gerbang bentar, arsitekturnya yaitu bergaya jawa, dan gerbang ini terdapat didalam keraton.
4.       Mihrob Masjid
a.        Fungsi utama dari mihrob ini adalah pada masa kesultanan adalah tempat  imam sholat dan tempat berkhutbah sholat jum’at, pada saat itu yang memimpin sholat adalah sultan syafiuddin. Sedangkan fungsi sekarang adalah untuk photo prewedding dan sebagai objek wisata berphoto.
b.      Di keraton ini lokasi penempatan bangunan masjid  yakni di halaman kedua,  yang tersisa hanya mihrobnya dan lantai-lantainya saja dan sampai sekarang pun lantai dan mihrob nya masih terlihat kokoh.
5.      Kamar Ratu Aisyah
a.       Kamar ratu aisyah tentu saja sebagai tempat untuk ratu tidur didalam keraton kaibon.
b.      Deskripsi dari kamar ratu aisyah ini berbentuk sebuah persegi empat dengan bagaian dasarnya yang lebih rendah atau menjorok kedalam tanah, ruangan yang lebih menjorok ini digunakan sebagai pendingin ruangan yang alami dengan cara mengalirkan air kedalamnya melalui saluran air yang berasal dari sungai cibanten.
Arsitektur karaton akibon ini memang sungguh unik karena sekeliling keraton sesungguhnya adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangung seolah-olah di atas air, semua jalan masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benra-benar harus melalui jalan air. Dan meskipun keraton ini didesain sebagai tempat ibu raja, tampak bahwa ciri-ciri bangunan keislamannyatetap ada, karena ternyata inti bangunan ini adala sebuah mesjid dengan pilar-pilar tinggi yang sangat megah dan anggun.
Dalam konsep arsitektur hindu, pembedaan jenis pintu bentar dan paduraksa mengacu pada jenis/ fungsi bangunan sakral/profan. Lokalitas tradisional siti hinggil pada keraton jawa pada umumnya, keraton kaibon ini menjadi lokasi penempatan bangunan masjid, yakni dihalaman kedua. Bangunan masjid ini berada di sisi kanan gerbang. Selain pilar yang masih utuh, di dalam bangunan tersebut juga terdapat mimbar yang berfungsi sebagai tempat berdirinya khotib.
Di bagian lain, yaitu sebuah ruangan persegi empat dengan bagian dasarnya yang lebih rendah atau menjorok ke dalam tanah, merupakan kamar dari Ratu Asyiah. Ruang yang lebih rendah ini diduga digunakan sebagai pendingin ruangan dengan cara mengalirkan air di dalamnya dan pada bagian atas batu diberi balok kayu sebagai dasar dari lantai ruangan. Bekas penyangga papan masih terlihat jelas pada dinding ruangan ini.
Arsitektur Keraton Kaibon ini memang sungguh unik karena sekeliling keraton sesungguhnya adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah di atas air. Semua jalan masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benar-benar harus melalui jalan air.
Dan meskipun keraton ini memang didesain sebagai tempat tinggal ibu raja, tampak bahwa ciri-ciri bangunan keislamannya tetap ada; karena ternyata bangunan inti keraton ini adalah sebuah mesjid dengan pilar-pilar tinggi yang sangat megah dan anggun. Dan kalau mau ditarik dan ditelusuri jalur air ini memang menghubungkan laut, sehingga dapat dibayangkan betapa indahnya tata alur jalan menuju keraton ini pada waktu itu.


IV.             Penutup
Keraton kaibon adalah sebuah kediaman yang dibangun dan dihadiahkan kepada ibu sultan, yaitu sultan maulana muhammad syafiuddin putra dari sultan terdahulu yaitu sultan muhammad muhyiddin zainussalikhin, sultan syaifuddin membangun keraton dan memberikannya kepada ibunda tercinta ratu aisyah. Keraton ini dibangun pada tahun 1815, dengan pemerintahan yang dipimpin ibundanya, karena pada saat itu sultan syafiuddin masih berumur 5-9 tahun. Gaya arsitektur hindu, buddha, eropa dan juga ada gaya chinese karena masjid yang berada didalam keraton tersebut. Keraton in pada awalnya dikelilingi air, maka dari itu terdapat kanal di sekeliling keraton tersebut.
Namun sayang pada tahun 1832 keraton ini dihancurkan oleh belanda yang dipimpin herman willem daendels, kehancuran ini disebabkan karena sultan syafiuddin menolak untuk melanjutkan proyek pembangunan jalan dari anyer sampai panarukan, dimana daendels mengirim seorang pengawal untuk menyampaikan pesannya tersebut, akan tetapi sultan syaifuddin menolak untuk melanjutkan pembangunannya dan membunuh pengawal tersebut hingga akhirnya daendels marah besar dan menghancurkannya, penghancuran tersebut juga berimbas kepada keraton surosowan yang terletak tak jauh dari keraton kaibon.




DAFTAR SUMBER

a.      Buku
1.      Ardianto, Tasrif, Dokumentasi Benda Cagar Budaya Dan Kepurbakalaan Provinsi Banten, Serang, Dinas Budaya Dan Pariwisata Provinsi Banten (2011).
2.      Juliadi, dkk, Ragam Pusaka Budaya Banten, Serang, balai pelestarian peninggalan purbakala serang. (2005).
3.      Michrob, Halwany, dan Mudjahid Chudari, Proses Islamisasi Di Banten Cuplikan Buku Catatan Masa Lalu, Serang, Perpustakaan Halwany, (2006).
4.      Matindas, dkk, Banten From Space, Jakarta, BAKOSURTANAL. (2006).
5.      Rafiudin, Hafidz, Riwayat Kesultanan Banten, Serang, SAUDARA. (2006).
6.      Najib, Tubagus, dan Sugeng Ryanto, Banten Budaya Dan Peradabannya, Jakarta, Banten Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian Dan Pengengmbangan Budaya Pusat Penelitian Arkeologi. (2002).
b.      Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bapak mulang kara selaku staf pengelola kawasan peninggalan sejarah istana keraton kaibon.



[1] Tasrief Ardianto, Dokumentasi Benda Cagar Budaya Dan Kepurbakalaan Provinsi Banten, Serang, Dinas Budaya Dan Pariwisata Provinsi Banten (2011), Hlm 2.
[2] Juliadi, dkk, Ragam Pusaka Budaya Banten, Jakarta, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. (2005). Hlm 99-102.
[3] Rafiudin, Hafidz, Riwayat Kesultanan Banten, Serang, SAUDARA. (2006). Hlm 102-104.  
[4] Ibid1.
[5] Matindas, dkk, Banten From Space, Jakarta, BAKOSURTANAL SERANG. (2006). Hlm 97.
6 Najib, Tubagus, dan Sugeng Ryanto, Banten Budaya Dan Peradabannya, Jakarta, Banten Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian Dan Pengenmbangan Budaya Pusat Penelitian Arkeologi. (2002).
 [7] Michrob, Halwany, dan Mudjahid Chudari, proses islamisasi di banten cuplikan buku catatan masa lalu, Serang, BAKOSURTANAL SERANG, (2006). Hlm 134.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OTONOMI DAERAH MASA REFORMASI

OTONOMI DAERAH MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Indonesia Modern   Disusun ...